Ternyata tak seshalihah yang ku kira !


posting by someone blog

Ternyata, tak seshalihah yang kukira

“Pagi yang istimewa,” sahutku. Sembari mengeluarkan motor dari garasi, aku baru saja menyadari ada yang berbeda di pagi ini. Nuansa alam yang kusuka, mendung. Itulah yang membuatku makin terbakar untuk bersemangat menuntut ilmu ke kampus. Ya, aku hanya butuh waktu tujuh menit untuk tiba di kampus. Kali ini aku tidak sedang ingin mengebut. Rasanya menikmati mendung pagi hari menjadi karunia tersendiri.

Setiba di sana, aku menjalani kehidupan kampus dengan ceria. Kuliah kali ini cukup menyenangkan, setidaknya kali ini wawasanku teruji lantran beberapa kali diberi pertanyaan oleh dosen dan aku bisa menjawabnya. Meskipun tidak semua jawaban yang kuberi adalah sempurna, namun sang dosen cukup puas dengan argumen ilmiah yang kujabarkan. Hmm, menjadi wanita populer memang menyenangkan, disapa banyak kalangan, diperhatikan banyak orang, dan yang pasti ini menjadi peluang agar bisa memberi lebih banyak manfaat bagi orang.

Sore menjelang petang. ”Saatnya pulang,” pikirku. Langkah kecil ini mengarah pada lapangan parkir yang terletak di sudut kampus. Masih tersisa 5 motor, motorku salah satunya. Hmm, cukup sepi ternyata. Tanpa pikir panjang, kusegerakan diri mengeluarkan kunci motor dari saku rok-ku dan mengeluarkan STNK yang nantinya akan kusodorkan pada pak satpam untuk diperiksa di ujung gerbang kampus. Namun tiba-tiba, aku mengernyitkan dahi dan tanganku tertahan. Ada amplop cantik berwarna biru muda terselip di keranjang kecil motor matic-ku. Awalnya tanganku ragu untuk mengambilnya, sampai akhirnya kuyakini amplop itu tak lain adalah untukku, walau identitas pengirim tak terbaca oleh mata jeliku. Kucoba merobek tepi amplop itu, hingga kutemukan secarik kertas berwarna putih dengan tulisan besar memenuhi kertas ukuran F4.

Deg!

Seketika mataku terbelalak, bibirku tak bergeming, tanganku berkeringat dingin, dan, ”Allah!” aku berteriak…

“Ternyata, tak seshalihah yang kukira.”

Lututku lemas, dan tubuhku jatuh terduduk. Aku, aku menangis seketika itu juga saat membaca sepucuk surat yang hanya bertuliskan 1 kalimat itu. Tulisan tangan berwarna merah yang dibuat dengan ukuran ekstra besar.

Sepanjang perjalanan pulang dengan mengendarai motor, hampir sering aku melamun. Klakson motor dan mobil menegurku berkali-kali. Puffh.., di otakku hanya ada kejaidan itu. Hanya itu… Hanya itu. Sampai akhirnya setibaku di rumah, wudhu menjadi pelarianku. Adzan maghrib yang bersahut-sahutan itu makin membuatku ingin bergegas. Bergegas takbir, sujud, dan salam. Sudah cukup, hatiku tak kuat lagi menahan teguran itu.

***

Aku hanya wanita yang dititipkan keindahan olehNya. Pintar, kaya, cantik, dan shalihah. Begitu kebanyakn penilaian orang padaku. Namun, sejak kejadian sore itu, hatiku terhenyak, seakan aku disadarkan akan suatu hal sering terlupakan.

Kupikir aku termasuk muslimah yang cukup berilmu. Tapi ternyata, seminggu sekali meluangkan waktu untuk memperdalam ilmu agama, membuatku pandai mencari-cari alasan untuk menghindar dari kajian keIslaman. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang dicintai banyak orang. Tapi ternyata, tak sedikit yang sakit hanya karena lisan. Apa karena aku masih kekanak-kanakan, sehingga tak cukup dewasa menanggapi omongan orang? Ya, kupikir aku shalihah, tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang teguh dalam pendirian. Tapi ternyata, aku sempat terpikir untuk melepas jilbab yang telah lama kupakai. Entah mengapa, hal itu justru kejadian. Kini aku bebas bermain dengan teman-teman lelaki hingga larut malam, berfoto bersama mereka, meng-upload-nya di Facebook kesayangan. Hmm, bertelanjang dada dan paha menjadi keseharianku. Mungkin sekarang aku terlihat makin cantik di hadapan orang lain. Tapi entah, apakah aku terlihat cantik di hadapan penciptaku? Ya, kupikir aku shalihah, tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga pergaulan. Tapi ternyata, aku masih saja teguh dengan statusku sebagai pacar dari lelaki yang bagiku dia adalah lelaki tertampan dan baik agamanya. Aku sadar Allah sempat menegurku dengan ayat ini,Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Surah Al-Israa’ : 32). Ya, mendekati zina! Aku, aku mengakui itu adalah kebenaran. Tapi kini aku merasa aku menjadi wanita yang lemah tak berdaya, karena aku menyerah saat tahu bahwa aku terlanjur terpenjara oleh perasaan cinta yang tak halal. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga niatan dalam hati. Tapi ternyata, aku bangga menjadi wanita populer yang sering menampakkan diri di depan umum. Aku memang bukan sedang mengikuti ajang Puteri Indonesia yang intinya pamer kecantikan dan kepintaran. Aku juga bukan sedang mengikuti ajang Miss Universe yang salah satunya adalah pamer lekukan tubuh yang aduhaii. Tapi, hatiku gampang terkotori untuk bangga mendapatkan pujian. Hatiku mudah terprovokasi untuk riya’. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang istiqamah mengamalkan ilmu agama. Tapi ternyata, aku pernah berdua-duaan dengan seorang lelaki yang bukan mahram. Aku menyadari, ada muslimah lain yang bisa kuajak menemaniku bertemu lelaki itu, tapi entahlah, aku segan memintanya menemaniku. Hhmm, segan? Tidak. Aku hanya ingin sedikit menikmati rasanya berdua dengan seorang lelaki walau dalam tempo yang tidak lama. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir aku termasuk muslimah yang lembut hati dan tutur katanya. Tapi ternyata, di usiaku yang dewasa, masih saja aku membentak orangtua. Sedikit membentak, lebih tepatnya. Aku tahu, orangtua adalah harta berharga. Aku tahu, lambat laun mereka akan dipanggil olehNya, tapi entah mengapa, aku tidak cukup sabar melayani nasihat mereka. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !

Kupikir, aku termasuk muslimah yang berkontribusi banyak untuk umat. Tapi ternyata, aku menjadi muslimah yang tidak jauh beda dengan orang-orang yang sukanya menghina dan mencela jam’aah yang berjuang di jalan dakwah. Aku sadar, menjadi orang yang tidak mencintai dakwah, menghambat dakwah, dan menjatuhkan citra dakwah, adalah sama halnya dengan menjadi musuh agama Allah. Ya, kupikir aku shalihah, tapi ternyata aku tak seshalihah yang kukira !

Aku hampir saja sombong dalam menilai diriku sendiri. Sampai akhirnya, Allah menegurku dengan kuasaNya. Aku tertipu tak lain oleh diriku sendiri. Ya, kupikir aku shalihah. Tapi ternyata, aku tak seshalihah yang kukira !!!

0 comments:

Post a Comment

Copyright © / My Rainbow In My Day

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger